Indonesia adalah negara kaya sumber daya alam dan manusia yang mengalami ironi karena impor barang lebih besar daripada ekspor. Berbagai faktor yang melatarbelakangi problematika tersebut. Salah satu nya adalah sumber daya manusia yang kurang berkualitas. Permasalahan tersebut menjadikan Indonesia negara konsumerisme. Menurut Badan Pusat Statistik, tercatat besaran ekspor negara Indonesia bulan Januari 2013 sebesar US$ 15,38 Miliar, sedangkan impor sebesar US$ 15,55 Miliar. Kondisi tersebut menunjukkan besarnya arus permintaan barang ke luar negeri.
Kadangkala produk impor lebih baik, tetapi banyak dari produk impor yang bernilai negatif, atau yang sering disebut “barang sampah”. Salah satu yang paling berbahaya jika barang sampah tersebut berupa makanan. Dampak yang ditimbulkan dari konsumsi tersebut bersifat langsung ke dalam tubuh. Banyak sekali jenis makanan sampah yang tidak layak konsumsi. Ironisnya, produk-produk tersebut telah menjadi trade mark ditengah masyarakat, bahkan menjadi tolok ukur gaya hidup.
Seperti yang kita ketahui, modernisasi telah merambah negara Indonesia. Setiap aktivitas kehidupan berpacu dengan waktu. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa makanan cepat saji banyak diminati. Di lain sisi, makanan cepat saji yang beredar di Indonesia kebanyakan diimpor atau produk dari luar negeri. Menjadikan negara Indonesia sasaran prospektif pemasaran.
Namun, ketika informasi seputar produk-produk tersebut tersampaikan dengan baik dan merata, maka kemungkinan permintaan barang terhadap luar negeri akan berkurang, sekaligus mengantisipasi gaya hidup konsumerisme dan menjaga kesehatan. Diawali dari gambaran tersebut, maka dibutuhkan suatu analisis terhadap kondisi kekinian; masyarakat dan perkembangan makanan sampah di masyarakat, efek kesehatan, dan kondisi perekonomian pasca analisis.
Makanan sampah adalah makanan yang tidak pantas dimakan manusia, karena akan merusak organ-organ dalam tubuh (mengganggu kesehatan).
Produk-produk tersebut misalnya hamburger, sosis, makanan kaleng, yang penulis baca dari berbagai sumber dalam pengolahan atau kecukupan nilai gizi nya tidak sempurna. Produk tersebut ada yang diimpor langsung dari luar negeri dan ada pula yang telah membuka cabang di Indonesia lalu di franchise-kan.
1. Makanan gorengan
Golongan makanan ini kandungan kalorinya tinggi, kandungan lemak/minyak dan oksidanya tinggi.Bila dikonsumsi secara regular dapat menyebabkan kegemukan, mengakibatkan hyperlipitdema dan sakit jantung koroner.
2. Makanan kalengan
Makanan kalengan jelas nilai gizinya jauh berkurang. Selain itu banyak buah kalengan berkadar gula tinggi dan diasup ke tubuh dalam bentuk cair sehingga penyerapannya sangat cepat. Dalam waktu singkat dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat, memberatkan beban pankreas. Bersamaan dengann tingginya kalori, dapat menyebabkan obesitas.
3. Makanan asinan
Dalam proses pengasinan dibutuhkan penambahan garam secara signifikan, hal mana dapat mengakibatkan kandungan garam makanan tersebut melewati batas, menambah beban ginjal.
4. Makanan daging yang diproses (ham, sosis, dll)
Dalam makanan golongan tersebut mengandung garam nitrit dapat menyebabkan kanker, juga mengandung pengawet/pewarna dll yang memberatkan beban hati/hepar.
Dalam ham dsb kadar natriumnya tinggi, mengkonsumsi dalam jumlah besar dapat mengguncangkan tekanan darah dan memberatkan kerja ginjal.
5. Makanan dari daging berlemak dan jerohan
Walaupun makan ini mengandung protein yang baik, vitamin dan mineral tapi dalam daging berlemak dan jerohan mengandung lemak jenuh dan kolestrol yang sudah divonis sebagai pencetus penyakit jantung. Makan jerohan binatang dalam jumlah banyak dan waktu lama dapat menyebabkan pernyakit jantung koroner dan tumor ganas (kanker usus besar), kanker payudara dll.
6. Olahan Keju
Sering mengkonsumsi olahan keju dapat menyebabkan penambahan berat badan hingga gula drah meninggu. Konsumsi makanan berkadar lemak dan gula tinggi sering mengakibatkan pengosongan perut. Banyak kasus terjadinya hyperakiditas dan rasa terbakar.
7. Mi instant
Makanan ini tergolong makanan tinggi garam, miskin vitamin, mineral. Kadar garam tinggi menyebabkan beratnya beban ginjal, meningkatkan tekanan darah dan mengandung trans lipid, memberatkan beban pembuluh darah jantung.
8. Makanan yang dipanggang/dibakar
Mengandung zat penyebab kanker.
9. Sajian manis beku.
Termasuk golongan ini ice cream, cake beku dll. Golongan ini punya 3 masalah karena mengandung mentega tinggi yang menyebabkan obesitas karena kadar gula tinggi mengurangi nafsu makan juga karena temperature rendah sehingga mempengaruhi usus.
10. Manisan kering
Mengandung garam nitrat.
Dampak yang di timbulkan
Telah dijelaskan dalam kajian teori berbagai jenis makanan yang masuk dalam “junk food” menurut WHO. Sekarang akan dijelaskan lebih spesifik bahaya salah satu produk makanan luar negeri. Jenis makanan tersebut yang menjadi sampel pembahasan dalam makalah ini.
Penulis menjelaskan dalam sebuah video pengujian kesehatan 2 jenis makanan dari Mc Donald, yaitu sebuah kentang goreng dan burger yang dimasukkan ke dalam toples tertutup. Lalu ditentukan periode waktu setiap 1 jam selama 10 jam. Ada perubahan signifikan kedua makanan tersebut. Dalam waktu 2 jam saja, burger telah menjamur. Setelah 4 jam, kentang goreng mulai mengerut. Rentang 10 jam burger sudah tidak berbentuk lagi, sedangkan kentang goreng sudah menjamur.
Proses pengujian ini menunjukkan makanan cepat saji tersebut mengalami pembusukan yang lebih cepat, bahkan dalam waktu 2 jam sudah menjamur. Bisa dibayangkan jika pengkonsumsian makanan tersebut bersifat rutin, maka akan ada beberapa penyakit yang timbul di dalam tubuh. Selain itu, kecukupan gizi yang terkandung dalam burger juga tidak dapat mencukupi kebutuhan harian tubuh. Kita akan cepat lelah, bahkan mudah terserang sakit. Intinya, makanan cepat saji tidak dianjurkan dikonsumsi secara rutin, tetapi cukup menjadi makanan tambahan.
Analisi Solusi
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan sektor yang diharapkan dapat mengubah pola dan peningkatan sumber daya manusia, sehingga pengelolaan sumber daya alam menjadi lebih efisien dan tetap ramah lingkungan. Pendidikan juga meningkatkan rasa cinta terhadap tanah air, karena semakin tinggi pendidikan pendidikan semakin tinggi rasa nasionalisme. Harapan akhirnya, masyarakat sebagai konsumen akan lebih cinta produk dalam negeri.
2. Kebijakan Ekspor-Impor
Pemerintah agar lebih lebih selektif mana yang dibutuhkan rakyatnya. Selain itu, alangkah lebih baiknya pemerintah dan BPOM segera tanggap dan lebih ketat terhadap barang impor, tetapi tetap tidak mengindahkan produk lokal, agar semuanya tidak lolos dari pengawasan. Pemerintah juga harus memikirkan black market yang sering terjadi dalam perdagangan internasional. Berawal dari sini lah sering terjadi barang yang tidak layak pakai dijual ke dalam negeri dan akhirnya banyak menimbulkan sisi negatif bagi konsumen.
3. Sosialisasi
Sosialisai disini bertujuan untuk meneruskan pengujian yang telah dilakukan oleh BPOM dan mensyiarkannya ke masyarakat. Alat bantu sosialisasi dapat melalui media massa, media elektronik dan penyuluhan secara langsung. Penyuluhan tersebut dapat pula bekerja sama dengan dokter agar segala penyakit yang kemungkinan ditimbulkan dapat terjelaskan dan menambah efek was-was bagi konsumen. Hal tersebut dimaksudkan agar masyarakat awam juga mengetahui apa yang dikonsumsinya. Selain itu, ini juga sebagai senjata agar produsen produk makanan tersebut jera.
4. Pasar-pasar dalam negeri
Ada pengawasan menyeluruh dari pasar-pasar dalam negeri, terutama pasar swalayan yang menjadi pasar produk luar negeri.
5. Kesadaran masyarakat
Kesadaran masyarakatlah yang terpenting dalam mencegah makanan-makanan berbahaya yang dikonsumsi mereka. Kesadaran itu muncul karena pengetahuan. Pengetahuan di dadat dari pendidikan dan sosialisasi langsung. Intinya masing-masing solusi saling berkaitan.
Kesimpulan
Indonesia merupakan negara yang kaya SDA dan banyak SDM tetapi tidak dapat mencapai kemakmuran. Hal ini disebabkan karena kualitas, jumlah, komposisi, dan persebaran penduduk yang kurang terorganisir. Di lain sisi, perilaku masyarakat Indonesia dimasa modernisasi ini menjadi konsumtif, karena dengan adanya perdagangan internasionalarus masuk barang dari luar negeri mudah merambah pasaran Indonesia.
Produk-produk makanan dari luar negeri adalah yang sering dilihat dalam pasaran. Sayangnya, produk makanan tersebut banyak yang tidak pantas untuk diedarkan lagi atau makanan yang tidak layak makan karena berbagai hal. Ironisnya, makanan yang sering disebut “makanan sampah“ tersebut memiliki banyak penggemar. Beberapa cara yang dimungkinkan bisa menjadi solusi adalah melalui pendidikan, sosialisasi, penguatan pengawasan pasar-pasar dalam negeri, kebijakan ekspor-impor, dan kesadaran masyarakat sendiri
Telah dijelaskan dalam kajian teori berbagai jenis makanan yang masuk dalam “junk food” menurut WHO. Sekarang akan dijelaskan lebih spesifik bahaya salah satu produk makanan luar negeri. Jenis makanan tersebut yang menjadi sampel pembahasan dalam makalah ini.
Penulis menjelaskan dalam sebuah video pengujian kesehatan 2 jenis makanan dari Mc Donald, yaitu sebuah kentang goreng dan burger yang dimasukkan ke dalam toples tertutup. Lalu ditentukan periode waktu setiap 1 jam selama 10 jam. Ada perubahan signifikan kedua makanan tersebut. Dalam waktu 2 jam saja, burger telah menjamur. Setelah 4 jam, kentang goreng mulai mengerut. Rentang 10 jam burger sudah tidak berbentuk lagi, sedangkan kentang goreng sudah menjamur.
Proses pengujian ini menunjukkan makanan cepat saji tersebut mengalami pembusukan yang lebih cepat, bahkan dalam waktu 2 jam sudah menjamur. Bisa dibayangkan jika pengkonsumsian makanan tersebut bersifat rutin, maka akan ada beberapa penyakit yang timbul di dalam tubuh. Selain itu, kecukupan gizi yang terkandung dalam burger juga tidak dapat mencukupi kebutuhan harian tubuh. Kita akan cepat lelah, bahkan mudah terserang sakit. Intinya, makanan cepat saji tidak dianjurkan dikonsumsi secara rutin, tetapi cukup menjadi makanan tambahan.
Analisi Solusi
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan sektor yang diharapkan dapat mengubah pola dan peningkatan sumber daya manusia, sehingga pengelolaan sumber daya alam menjadi lebih efisien dan tetap ramah lingkungan. Pendidikan juga meningkatkan rasa cinta terhadap tanah air, karena semakin tinggi pendidikan pendidikan semakin tinggi rasa nasionalisme. Harapan akhirnya, masyarakat sebagai konsumen akan lebih cinta produk dalam negeri.
2. Kebijakan Ekspor-Impor
Pemerintah agar lebih lebih selektif mana yang dibutuhkan rakyatnya. Selain itu, alangkah lebih baiknya pemerintah dan BPOM segera tanggap dan lebih ketat terhadap barang impor, tetapi tetap tidak mengindahkan produk lokal, agar semuanya tidak lolos dari pengawasan. Pemerintah juga harus memikirkan black market yang sering terjadi dalam perdagangan internasional. Berawal dari sini lah sering terjadi barang yang tidak layak pakai dijual ke dalam negeri dan akhirnya banyak menimbulkan sisi negatif bagi konsumen.
3. Sosialisasi
Sosialisai disini bertujuan untuk meneruskan pengujian yang telah dilakukan oleh BPOM dan mensyiarkannya ke masyarakat. Alat bantu sosialisasi dapat melalui media massa, media elektronik dan penyuluhan secara langsung. Penyuluhan tersebut dapat pula bekerja sama dengan dokter agar segala penyakit yang kemungkinan ditimbulkan dapat terjelaskan dan menambah efek was-was bagi konsumen. Hal tersebut dimaksudkan agar masyarakat awam juga mengetahui apa yang dikonsumsinya. Selain itu, ini juga sebagai senjata agar produsen produk makanan tersebut jera.
4. Pasar-pasar dalam negeri
Ada pengawasan menyeluruh dari pasar-pasar dalam negeri, terutama pasar swalayan yang menjadi pasar produk luar negeri.
5. Kesadaran masyarakat
Kesadaran masyarakatlah yang terpenting dalam mencegah makanan-makanan berbahaya yang dikonsumsi mereka. Kesadaran itu muncul karena pengetahuan. Pengetahuan di dadat dari pendidikan dan sosialisasi langsung. Intinya masing-masing solusi saling berkaitan.
Kesimpulan
Indonesia merupakan negara yang kaya SDA dan banyak SDM tetapi tidak dapat mencapai kemakmuran. Hal ini disebabkan karena kualitas, jumlah, komposisi, dan persebaran penduduk yang kurang terorganisir. Di lain sisi, perilaku masyarakat Indonesia dimasa modernisasi ini menjadi konsumtif, karena dengan adanya perdagangan internasionalarus masuk barang dari luar negeri mudah merambah pasaran Indonesia.
Produk-produk makanan dari luar negeri adalah yang sering dilihat dalam pasaran. Sayangnya, produk makanan tersebut banyak yang tidak pantas untuk diedarkan lagi atau makanan yang tidak layak makan karena berbagai hal. Ironisnya, makanan yang sering disebut “makanan sampah“ tersebut memiliki banyak penggemar. Beberapa cara yang dimungkinkan bisa menjadi solusi adalah melalui pendidikan, sosialisasi, penguatan pengawasan pasar-pasar dalam negeri, kebijakan ekspor-impor, dan kesadaran masyarakat sendiri
Masih Mau Makan Junk Food ? Simak Penjelasan Tentang Makanan "Sampah" Tersebut Yuuk !!
4/
5
Oleh
Hyperdash